Translate

Menjaga Anak Sakit

Semalam saya ke rumah sakit Catherine Booth di jalan Arif Rate Makassar. Saya mengantar anak untuk berobat. Sudah hampir seminggu ini anak saya batuk-batuk dan pagi hari sebelum ke dokter suhu badannya naik, lalu siang hari muntah-muntah. Usia anak perempuan saya, 2 tahun 10 bulan.

Anak saya memiliki riwayat kesehatan yang cukup menghawatirkan, pada usia 6 atau 7 bulan pernah menderita kejang. Hanya saja kejang pada anak saya ini bukan semacam step atau yang lebih dikenal dengan mata tinggi, karena pada saat ia terserang kejang waktu itu, suhu badannya tidak tinggi. Dari analisa dan pemeriksaan dokter, didapatkan hasil bahwa anak saya menderita suatu gangguan pada bagian saraf di kepala. Ada ketidak normalan hubungan saraf di dalam kepala, saya lupa istilah kedokterannya. Akibat sakit itu maka anak saya harus minum obat puyer yang diracik di apotek selama 2 tahun.

Sementara kemarin, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa anak saya kemumgkinan bisa terkena bronchitis, di sekitar paru-paru banyak lendir. Lebih menghawatirkan lagi suhu badannya turun naik dari 37°C lalu melonjak 39.8°C kemudian turun lagi 38°C, begitu seterusnya. Akhirnya diputuskan anak saya untuk rawat inap di rumah sakit. Karena jarak rumah sakit dan tempat tinggal kami jauh maka kami minta rujukan ke dokter, rumah sakit yang lebih dekat. Dokter merujuk ke rumah sakit Awal Bros, tapi sesampai disana semua kamar rawat sudah penuh, masih ada kamar kelas VVIP yang biaya inap semalam Rp.1,5 juta. Kami tak punya biaya untuk harga sebanyak itu. Lalu kami putuskan untuk pergi ke rumah sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS).

Sesampai di RSWS, anak saya diperiksa lagi di ruang observasi anak, disitu ada 2 dokter residen dan 3 dokter koas. Setelah diperiksa dan ambil sampel darah, pada jam 2 dini hari hasil pemeriksaan laboratorium sudah ada. Kali ini anak saya dinyatakan menderita pembengkakan amandel, lalu sekitar paru-paru banyak lendir. Anak saya diberi obat penurun panas, obat batuk dan anti biotik.
Saya harus duduk semalaman menunggui anak yang terbaring masih dengan suhu badan yang turun naik. Untung saja ia tetap mau minum air putih, itu sangat membantu menurunkan suhu tubuhnya.

Pagi jam 7, dokter anak sudah datang, ia membaca hasip pemeriksaan laboratorium dan memeriksa kondisi anak saya. Ia memutuskan anak saya boleh rawat jalan. Jam 07:30 saya ke loket pembayaran untuk menyelesaikan proses administrasi. Kebetulan anak saya terdaftar sebagai pemegang kartu BPJS, sehingga saya tidak mengeluarkan biaya apapun untuk pemeriksaan dan obat. Lega rasanya walau harus begadang semalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar